Jika hatimu keras untuk sekedar bersabar, cobalah simak cerita dibawah ini !!!
" Tahajud Penenang Hati Sang
Anak Pinggiran "
Chapter 2
Percikan
matahari terbit dari ufuk timur, dedaunan berguguran diterpa angin, deru
langkah kaki terdengar bersahutan dari kejauhan, lambat laun nampak sosok anak
kecil dengan raut wajah polos berselempangkan karung sedang berjalan menuju
tempat penghidupannya (merujuk ke tempat
pembuangan sampah).
Tanpa
ada rasa keluh kesah yang ada dalam dirinya, ia terus bejalan dengan sesekali
bersiul seakan mencoba untuk berbicara dengan alam sekitarnya, tidak jauh dari
atas kepalanya tampak beberapa kawanan burung mengiringi layaknya seorang raja yang
dikawal para prajuritnya, pepohonan ikut melambaikan daunnya, dan awanpun
tiba-tiba menjadi mendung, entah kenapa seakan semuanya bahu membahu untuk
melindunginya. Jejak tapak kakinya yang keras seakan memberi tahu dunia akan
ketegarannya dalam menghadapi berbagai macam problematika dunia demi mengejar
impian untuk hidup dalam kebebasan dengan sepenuh jiwanya.
Sesampainya
di tempat tersebut diambilnya kayu tipis dengan bengkokan besi diujungnya yang
kemudian ia gunakan untuk memilah sampah yang sesuai dengan keinginannya. Ia
tampak begitu asyik sesekali bercanda tawa dengan teman seperjuangannya, seakan
memberi isyarat pada kita bahwa bahagia tidak hanya tentang materi atau semua hasrat
dalam hidupnya terpenuhi tapi cukup dengan hidup dalam kebebasan tanpa terikat akan
waktu dan beban hidup dalam diri.
Tampak
dari jauh terlihat sebuah truk pengangkut sampah manusia yang rakus demi memenuhi
nafsu yang ada dalam perutnya sedang mendekatinya, tampak raut wajah sang anak kecil
tersebut terlihat begitu berseri karena dengan itu ia bisa mendapatkan lebih
banyak lagi rezeki dari sampah yang dicarinya.
Ia
pun terus melakukan pekerjaan itu, sesekali berhenti hanya sekedar untuk
mengurangi rasa lelah dan penat yang dideritanya lalu ia duduk dibawah pohon
palem yang dirawatnya sejak tingginya sepadan dengannya sampai kini pohon
tersebut sudah tumbuh besar dan menjulang tinggi, tanpa sadar ia pun langsung tertidur
pulas dibawah naungannya.
Sesaat
ketika terbangun sang cakrawala tampak mulai meredup yang berarti ia harus
segera pulang, namun ia sadar karung yang dibawanya masih terisi separuh, Ia
pun harus segera kembali bekerja lagi. Setelah penuh karung yang dibawanya, sang
anak tersebut langsung bergegas pulang, terlihat badannya yang begitu letih seakan
memberi isyarat untuk memintanya segera beristirahat.
Dari
kejauhan tampak sebuah gubuk reot yang berbahan kardus dan beratapkan jerami sedang
menunggunya. Ia pun tersenyum ria karena itu merupakan tempat seperjuangannya
sehari-hari dalam menghabiskan waktu selama hidupnya.
Sesampainya
digubuk itu ia letakkan karungnya dan diambilnya sebuah kaleng susu bekas yang didalamnya
berisikan kain yang sudah dicelupkan minyak tanah lalu dinyalakannya. Cahaya
kecil itu tampak menyinari sebagian terasnya seakan memberi pertanda pada semua
makhluk akan keberadaan sebuah kehidupan kecil disana.
Ia
pun melangkah ke tempat tidurnya, lalu berbaringnya diatas ranjang kecil yang
dulu dibuat dengan irisan bambu tipis dengan hamparan kardus diatasnya. Tidak
lama setelah berbaring ia pun langsung tertidur pulas lagi diraihnya kembali
mimpi-mimpi indah yang dulunya pergi.
Kruyuk
Kruyuk … suara kokok ayam memecah keheningan malam, sang anak kecil tersebut terbangun
dan kemudian melangkahkan kakinya kepinggiran kali yang terletak tidak jauh disebelah
gubuknya, diambilnya beberapa liter air lalu ia basuhkan kedua tangan, wajah
dan kakinya (Wudhu) sembari
menengadah ke langit dengan membacakan suara-suara Tuhan di dalam hatinya.
Ia
kemudian berdiri menghadap arah terbenamnya sang fajar, diangkatnya kedua
tangannya lalu ia sedekapkan didadanya sembari memanjatkan do’a dengan sesekali
membungkuk lalu bersujud, ia lakukan ritual itu (shalat tahajud) selama empat kali (rakaat). Tidak selesai disitu ia tampak sesekali menangis seakan
ada musibah yang sedang menerpanya. Lalu ia buka kedua telapak tapak tangannya
sembari berkata : “ Ya Allah bagi-Mu
segala puji, Engkaulah penegak langit dan bumi, alam semesta serta isinya.
Bagi-mu segala puji. Engkau Raja penguasa langit dan bumi. Bagi-mu segala puji,
pemancar cahaya langit dan bumi. Bagi-mu segala puji. Engkaulah yang hak
(benar), dan janji-Mu adalah benar, dan perjumpaan dengan-Mu adalah benar, dan
nabi-nabi itu benar, dan Nabi Muhammad SAW adalah benar. Ya Allah, kepada-Mu
kami rindu, dan kepada Engkaulah kami berhukum. Ampunilah kami atas kesalahan
yang sudah kami lakukan dan yang sebelumnya, baik yang kami sembunyikan maupun
yang kami nyatakan, Engkaulah Tuhan yang terdahulu dan Tuhan yang terakhir.
Tiada Tuhan melainkan Engkau. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan
kekuatan melainkan dengan (pertolongan) Allah ” setelah itu di tutupnya dengan kata “ Aamiin ya rabbal alaamin”.
Kemudian
ia bangun dan kembali melangkahkan kakinya menuju tempat pembaringannya, dilanjutkannya
kembali mimpi-mimpi yang sudah diraihnya tadi.
***
Bersambung
(a.r/red)
0 komentar:
Post a Comment